Oke, biar ku jelaskan dulu posisiku sekarang. Aku sedang ada di rumah
Kakakku. Dia itu bukan kakak kandung, tapi terikat keluarga oleh pamanku, dan
katanya aku harus manggil kakak. Dia sudah punya istri dan dua anak, semuanya
perempuan. Anak sulungnya sudah menikah, dan diboyong suaminya untuk tidak
tinggal lagi bersama orangtuanya. Rumah ini sebenarnya bukan rumah Kakakku,
tapi rumah Dinas. Selain tinggal Dia juga bekerja disini karena rumah dan
kantornya bersebelahan, sangat dekat.
Rumah Dinas itu, rumah dinas yang sedang ditinggali Kakakku bersama
keluarga kecilnya, dengan dua kamar
tidur, kamar mandi, ruang tamu, dan ruang tengah dan juga terasnya. Di bagian
depan halamannya cukup luas, sehingga bisa digunakan anak-anak untuk bermain
bola, jika mau. Di belakang Rumah dinas itu adalah kandang ayam yang
dikelilingi pagar bambu agar supaya ayam-ayam itu tidak berkeliaran
kemana-mana, aku kira itu ide cemerlang.
Alasan kenapa aku ada disini sebenarnya apa ya? Entahlah, tapi aku hanya
mencoba mengisi waktu dengan hal-hal yang tidak perlu. Sebenarnya lebih penting
jika kita selalu dekat dengan keluarga kita sendiri, dengan ayah, dengan ibu,
dengan rumah kita sendiri, ketika banyak waktu yang kita gunakan untuk menjauhi
mereka. Tapi ketika aku “dipinta” oleh kakakku, katanya untuk membantunya dalam
meyelesaikan pekerjaanya. Okelah, aku ikut.
Selama beberapa hari awal, seperti ada di dunia baru yang jauh dari
orangtua dan teman-teman, dan memang yang ku rasakan saat itu adalah enjoy saja,
karena tidak salahnya mencoba gimana rasanya jauh dari mereka yang hampir
setiap hari mengisi hidup kita dengan aneka macam perasaan yang membuat hidup
lebih berwarna dan indah.
Pagi datang, aku bangun bersama yang lainnya, karena tidak mungkin tidur
sampai sore, mungkin saja sih, kalau mau. Aku duduk, dan di depanku sudah ada
laptop untuk membantuku menyelesaikan pekerjaan Kakakku. Dia kakakku datang
membawa berkas yang harus aku ketik, katanya. Aku nurut saja. Istri kakakku
datang membawa kopi yang harus aku minum, kalo enggak? Mubazir. “Makasih”
kataku. Hampir setiap hari seperti itu, sampai berminggu-minggu dan jenuh mulai
merasuki seluruh tubuhku.
Dalam otakku mulai membayangkan kalau saja aku masih di kampung halamanku,
bersama mereka, bersama orangtua dan teman-temanku, bersama tawa, bersama
senyuman, bersama kebersamaan walaupun tak mengerjakan apa-apa.
Hari-hari berlalu, aku semakin ingin keluar dari penat ini. Aku merasa aku
butuh teman, teman yang bernyanyi bersama ketika aku bermain gitar, teman yang
siap mengantar ke mana pun aku mau, teman yang candaannya dibutuhkan ketika
ngobrol. Aku sekarang tahu, Oh seperti ini hidup tanpa teman itu, tenyata
memang benar-benar berarti ketika aku ingat aku selalu menyianyiakan keberadaan
mereka.
Kupikir semua akan baik saja, ketika aku jauh dari teman-teman. Namun,
jujur saja aku tidak bisa mengatasi hal ini. Ini sudah melebihi batas
kejenuhanku. Aku rindu mereka.
Kemudian adalah sunyi yang memenuhi udara kamarku, serta semua elemen yang mendukung untuk itu. Aku jarang lagi tertawa, kadang-kadang tersenyum, kukira itu dapat membantu dalam kondisi seperti ini. Dalam hati aku selalu berkata : Seandainya ada teman, walau hanya seorang. Aku sebenarnya tersiksa oleh ini, seperti terjajah oleh sepi, yang semakin menekan hati. Aku ingin pergi dan bebas. Dan aku merasa teman itu seperti suara, suara ketika sepi, suara yang lembut menenangkan, dan ketika aku benar-benar menyukainya.
Semua orang yang ada di posisiku pasti merasakan sesuatu yang sama
denganku. Kupikir ini normal. Ketika kamu berada jauh dengan teman-teman, apa
yang kamu rasakan? Karena hampir setiap hari, mungkin memang setiap hari, sejak
aku ada disini, aku tak pernah bertemu dengan mereka lagi. Ini memang masalah
jarak. Aku seakan terhempas jauh ke luar angkasa. Sekarang, menurutku, Keluarga
dan teman itu sama-sama penting. Meskipun dalam hal apapun keluarga lebih
utama. Aku disini bersama keluarga, tapi tanpa teman seolah kelurga itu adalah
orang lain. Maksudku aku tak mungkin mengajak mereka bernyanyi saat aku bermain
gitar, atau mungkin saja, jika mereka mau, tapi aku takan berani ketika mereka
sibuk. Atau dalam hal ini bisa ku definisikan kalau teman itu adalah seseorang
yang bisa kita ajak untuk gila-gilaan. Hari ini dan selamanya, aku butuh teman.